Tuesday, August 22, 2017

HOTELIER VS KAPITALIS



HOTELIER VS KAPITALIS

Hotelier menurut Collins English Dictionary (belum ada padanan katanya dalam KBBI Kamus Besar Bahasa Indonesia) merujuk kepada orang / pelaku adalah; a hotelier is a person who owns or manages a hotel. Hotelier adalah seseorang yang memiliki atau memanage sebuah hotel. Pengertian ini lebih mengacu kepada orang dalam posisi managerial dan komisaris / pemilik hotel. Dalam kehidupan sehari – hari masyarakat Indonesia, Hotelier digunakan untuk menyebut semua orang yang berprofesi / mempunyai pekerjaan di dunia perhotelan.

Kapitalis menurut KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia) adalah; kaum bermodal, orang yang bermodal besar, golongan atau orang yang sangat kaya.
Menurut www.wikipedia.org Kapitalisme atau Kapital adalah sistem ekonomi di mana perdagangan, industri dan alat-alat produksi dikendalikan oleh pemilik swasta dengan tujuan membuat keuntungan dalam ekonomi pasar. Pemilik modal bisa melakukan usahanya untuk meraih keuntungan sebesar-besarnya. Demi prinsip tersebut, maka pemerintah tidak dapat melakukan intervensi pasar guna keuntungan bersama.
Walaupun demikian, kapitalisme sebenarnya tidak memiliki definisi universal yang bisa diterima secara luas. Beberapa ahli mendefinisikan kapitalisme sebagai sebuah sistem yang mulai berlaku di Eropa pada abad ke-16 hingga abad ke-19, yaitu pada masa perkembangan perbankan komersial Eropa di mana sekelompok individu maupun kelompok dapat bertindak sebagai suatu badan tertentu yang dapat memiliki maupun melakukan perdagangan benda milik pribadi, terutama barang modal, seperti tanah dan manusia guna proses perubahan dari barang modal ke barang jadi. Untuk mendapatkan modal-modal tersebut, para kapitalis harus mendapatkan bahan baku dan mesin dahulu, baru buruh sebagai operator mesin dan juga untuk mendapatkan nilai lebih dari bahan baku tersebut.
Kapitalisme memiliki sejarah yang panjang, yaitu sejak ditemukannya sistem perniagaan yang dilakukan oleh pihak swasta. Di Eropa, hal ini dikenal dengan sebutan guild sebagai cikal bakal kapitalisme. Saat ini, kapitalisme tidak hanya dipandang sebagai suatu pandangan hidup yang menginginkan keuntungan belaka. Peleburan kapitalisme dengan sosialisme tanpa adanya pengubahan menjadikan kapitalisme lebih lunak daripada dua atau tiga abad yang lalu.
Istilah kapitalisme, dalam arti modern, sering dikaitkan dengan Karl Marx. Dalam magnum opus Das Kapital, Marx menulis tentang "cara produksi kapitalis" dengan menggunakan metode pemahaman yang sekarang dikenal sebagai Marxisme. Namun, sementara Marx jarang menggunakan istilah "kapitalisme", namun digunakan dua kali dalam interpretasi karyanya yang lebih politik, terutama ditulis oleh kolaborator Friedrich Engels. Pada abad ke-20 pembela sistem kapitalis sering menggantikan kapitalisme jangka panjang dengan frasa seperti perusahaan bebas dan perusahaan swasta dan diganti dengan kapitalis rente dan investor sebagai reaksi terhadap konotasi negatif yang terkait dengan kapitalisme.

Hotelier adalah orang – orang yang bekerja di hotel dan pada umumnya berpendidikan perhotelan baik SMK, Diploma 1, Diploma 3, S1 (ekonomi pariwisata), dan mereka – mereka yang mendapatkan pendidikan dan sertifikat dari AHMA (American Hotel and Motel Association) dengan gelar diantaranya CHA (Certified Hotel Administrator).
Hotelier mempelajari semua teori ilmu pengetahuan tentang bagaimana mengelola dan menjalankan operasional hotel dengan baik dan benar di semua departemen. Dalam satu organisasi lengkap sebuah hotel secara garis besar teori terdapat 10 departemen;
1.      Front Office Department.
2.      Housekeeping Department.
3.      Food & Beverage Service Department.
4.      Food & Beverage Product Department.
5.      Sales & Marketing Department.
6.      Accounting / Finance Department.
7.      Maintenance & Engineering Department.
8.      Security Department.
9.      Human Resources Department.
10.  General & Administration Department.
10 department di atas masing – masing terbagi lagi ke dalam beberapa section / outlet / divisi.
Untuk Hotelier yang menempuh pendidikan Diploma (D3) perhotelan dan level di atasnya, dia akan mempelajari dan diajari secara detail dan lengkap teori (job desc, SOP, dll) di semua department sampai dengan pemecahan teori ke semua section / cabang dari department tersebut. Misalnya; untuk Front Office Department, dia akan belajar teori tentang;
-   Concierge (terdiri dari driver, doorman, bell boy).
-   Reservation (terdiri dari phone operator, reservation, telemarketing).
-   Reception (terdiri dari reception, registration, cashier).
-   Guest Relation.
-   Business Center (termasuk di dalamnya Lounge / Executive Lounge / Executive Club).
-   Front Office supervising.
-   Front Office managing.

Dalam praktik di kondisi nyata masing – masing hotel, department – department ini akan mengalami beberapa perubahan baik nama department, level jabatan pimpinan tertinggi department, ruang lingkup tanggung jawab, jumlah section di bawahnya, menyesuaikan dengan kondisi masing – masing hotel dan menyesuaikan diri dengan perkembangan teori ilmu pengetahuan yang berhubungan dengan masing – masing department tersebut. perubahan yang terjadi, bisa merampingkan struktur organisasi hotel dan juga bisa menggemukkan struktur organisasi hotel yang bersangkutan. 

Perubahan – perubahan tersebut, misalnya;

  • Menggabungkan F & B Service Dept dengan F & B Product Dept dengan 1 kepala department (department head) dengan 2 pilihan; Dept Head adalah Chef / Executive Chef (basic dari F & B Product) atau Dept Head adalah seorang F & B Manager (basic dari F & B Service) dengan tugas dan tanggung jawab memanage F & B Service Department dan F & B Product Department.

  • Memisahkan Laundry Section dari Housekeeping Department dan menjadikannya sebagai department independent yang dikepalai oleh Laundry Manager dan berposisi sejajar dengan department lain.

  • Human Resources Department berubah nama dan visi menjadi Human Resources Development Department dan di beberapa hotel lain berubah menjadi Human Capital Department.

  • Dll.



Prinsip Pendidikan Perhotelan di Indonesia.
Dari masing – masing disiplin ilmu semua department yang dipelajari oleh seorang Hotelier di bangku sekolah atau kampus yang berbeda – beda, secara sederhana semua berprinsip sama, yaitu;
          1.      Menyenangkan / memuaskan tamu / customer / pelanggan.
          2.      Menyenangkan / memuaskan karyawan.
          3.      Menyenangkan / memuaskan owner / stake holder / pemilik.
Urutan ini secara teori perhotelan TIDAK BISA DIBALIK karena berhubungan erat dengan prinsip dasar hospitality business / bisnis jasa pelayanan. Dalam 3 prinsip di atas, secara tersirat / implisit tujuan akhir adalah memperoleh KEUNTUNGAN / PROFIT tetapi melalui cara – cara yang “hospitality idealistic”.

Owner / Stake Holder / Pemilik Hotel di Indonesia.
Secara umum, Owner / Stake Holder / Pemilik Hotel di Indonesia dapat digolongkan menjadi;
          1.      Owning Company.
          2.      Konglomerat / Konglomerasi.
          3.      Family Business / Bisnis Keluarga.
          4.      Individu.
          5.      Gabungan antar individu.

1. Owning Company.
Kepemilikan hotel dibawah perusahaan yang memang hanya bergerak di bidang perhotelan dan perusahaan ini sekaligus mengelola (operator) hotel / jaringan (chain) hotel mereka sendiri.
Contoh:
-   PT Grahawita Santika dengan jaringan Santika Hotels & Resorts.
-   PT Hotel Sahid Jaya International Tbk dengan jaringan Sahid Hotels.
-   PT Adhi Karya dengan jaringan hotel Grandhika.

2. Konglomerat / Konglomerasi.
Kepemilikan hotel dibawah perusahaan atau gabungan beberapa perusahaan dengan pengelolaan (operator) diserahkan ke perusahaan management / perusahaan operator.
Contoh:
-   PT Pegadaian (Persero) dengan jaringan hotel Pesonna Kyriad, operator diserahkan kepada Kyriad.
-   Mayoritas unit Hotel Amaris dengan kepemilikan oleh PT Kompas Gramedia, operator di bawah Santika Indonesia.
3. Family Business / Bisnis Keluarga.
Kepemilikan hotel adalah sebuah bisnis keluarga dengan pengelolaan (operator) di bawah salah satu anggota keluarga atau gabungan beberapa anggota keluarga atau dipercayakan kepada perusahaan management hotel (operator).
Kebanyakan pemilik hotel golongan ini adalah pemilik – pemilik hotel kategori kecil menengah (small scale hotel) dengan jumlah kamar dibawah 100 kamar dan sertifikat bintang 1 s/d 3.
Latar belakang bisnis atau keuangan pemilik hotel golongan ini bermacam – macam, misalnya;
-   Kontraktor.
-   Perdagangan.
-   Perbankan.
-   Jasa.
-   Pertambangan.
-   Dll.
4. Individu.
Kepemilikan hotel oleh perorangan murni maupun oleh perorangan dari hasil bisnis keluarga / family.
Pengelolaan dilakukan oleh pemilik langsung maupun diserahkan kepada perusahaan operator.
Latar belakang bisnis atau keuangan pemilik hotel golongan ini tidak jauh berbeda dengan latar belakang Family Business / Business Keluarga, tetapi dengan kemungkinan pada profesi jasa dan pejabat / mantan pejabat pemerintah.
5. Gabungan Antar Individu.
Pemilik hotel adalah beberapa perorangan yang bergabung menjadi satu dan membentuk badan usaha bersama.
Pada umumnya pemilik hotel golongan ini akan cenderung menyerahkan pengelolaan hotel kepada perusahaan operator.

Kata “Hotelier” di Indonesia cenderung digunakan untuk menyebut semua orang yang bekerja di hotel dari level terendah (ranking file) s/d level tertinggi yaitu General Manager / Hotel Manager dan bukan untuk menyebut Owner / Dewan Direksi.
Hotelier dan Owner sebetulnya mempunyai visi dan misi yang sama yaitu pada akhirnya harus menghasilkan keuntungan / profit sebesar – besarnya sehingga Hotelier dan Owner adalah sama – sama sebagai produk Kapitalisme, tetapi pada kenyataannya untuk golongan owner nomor 3 s/d 5 (Family Business – Individu – Gabungan Individu) mudah sekali terjadi benturan / friksi diantara Owner dan Hotelier sebagai pelaksana operasional pekerjaan sehari – hari (daily operation) sehingga seolah – olah Hotelier harus berhadapan dengan Kapitalis Murni yaitu Kapitalisme tanpa pengaruh Sosialisme dan faham – faham lainnya.

Penyebab benturan – benturan antara Hotelier VS Kapitalis (Murni) atau Owner, menurut saya adalah:
1.      Nominal kapital / jumlah modal usaha.
Jumlah modal usaha yang dikeluarkan Owner di atas jumlah modal yang biasanya dia keluarkan untuk bisnis – bisnis sebelumnya, sehingga membuat perhitungan target ROI (return of investment) atau jangka waktu pengembalian modal diluar perhitungan yang umum digunakan oleh Hotelier. Dalam kasus seperti ini, pada akhirnya akan terjadi pemaksaan atau penyesuaian ROI dari Owner ataupun ROI dari Hotelier agar kerjasama tetap terjadi (tetap dipekerjakannya si Hotelier).
2.      Perbedaan tingkat pengetahuan terhadap ilmu manajemen modern.
Hotelier yang sejak duduk di bangku sekolah atau kampus sudah menerima pelajaran tentang ilmu manajemen modern dan professional tentang perhotelan, dalam praktek kerja sesungguhnya saat bekerja di hotel dengan Owner berbasis bisnis tradisional (perdagangan, toko, kerajinan, home industry, dll) dengan terpaksa harus banyak melakukan kompromi yang secara teori sebetulnya bertentangan dengan prinsip – prinsip hospitality industry.
3.      Tingkat pendidikan formal –> terutama pendidikan perhotelan.
Perbedaan pendidikan formal yang pernah ditempuh antara Owner dan Hotelier akan menciptakan sudut pandang yang berbeda tentang bagaimana me – manage sebuah hotel. Owner sebagai pemilik usaha akan berada di posisi yang kuat sehingga Hotelier dengan pendidikan perhotelan lah yang akan melakukan kompromi pengingkaran – pengingkaran terhadap apa yang selama ini dia pelajari.
4.      Pengalaman dalam bidang bisnis hospitality dan jasa.
Pada umumnya Owner bukanlah Hotelier ataupun mantan Hotelier, sehingga pengalaman Owner hanyalah sebatas hotel yang dia miliki saja. Di sisi lain, Hotelier pada umumnya mempunyai pengalaman unit hotel yang beragam dikarenakan sejak di bangku sekolah atau kampus saja, Hotelier sudah diharuskan mempunyai pengalaman On the Job Training / Praktek Kerja Lapangan minimal di 2 hotel yang berbeda agar dapat menempuh ujian akhir ataupun menyusun skripsi.

Hotelier sebagai sosok “orang hotel” professional akan selalu membutuhkan Owner agar dia dapat mengamalkan ilmu dan pengalaman yang telah dia miliki.
Owner sebagai sosok kapitalis atau pemilik modal akan selalu membutuhkan Hotelier professional agar bisnis bisa berjalan melalui “rel” yang tepat.
Dan ironi akan selalu terjadi akibat penyesuaian – penyesuaian yang harus dilakukan oleh kedua belah pihak. 


1 comment: