Monday, February 23, 2015

APAKAH BUDGET HOTEL ITU HOTEL BERBINTANG?






Konsep "Budget Hotel" berkembang sangat pesat secara "masif" sejak sekitar 5 tahun yang lalu atau sekitar tahun 2010 an CMIIW (correct me if i'm wrong).

Walaupun konsep hotel dengan budget kecil fasilitas standard minimal hotel berbintang sudah ada sejak dahulu kala dengan strata bintang satu atau bintang dua, tetapi hotel bintang satu dan bintang dua ini tidak bisa disebut sebagai "Budget Hotel" karena mereka masih memakai dan menyediakan kepada konsumen semua "standard hotel berbintang" untuk fasilitas, guest amenities dan guest supplies.

Hampir semua Hotel Group Management punya jualan "Budget Hotel".
# ACCOR dulu punya brand All Season untuk konsep bintang dua dan sekarang mengikuti arus trend budget hotel, dileburlah All Season ke dalam brand Ibis sehingga lahirlah konsep Ibis, Ibis Style, Ibis Budget (Ibis Budget?).
# Tauzia Management dengan brand POP Hotel nya (breakfast nasi bungkus?)
# Aston dengan brand Fave Hotel nya (luas kamar hanya 17 M2?)
# Ciputra dengan brand Citra Dream nya (F&B dikelola secara outsource dan bagi hasil)
# Santika dengan brand Amaris nya hasil merger atau apalah itu istilahnya dengan Kompas Gramedia.
# Sahid Group dengan take over dan kerjasama mengelola banyak small scale hotel (jumlah kamar dibawah 100 kamar) --> tanpa brand khusus.
# Swiss Belhotel dengan Swissbellin, Arion, dll.
Dan masih banyak lagi hotel management company / perusahaan management hotel ataupun konsultan management hotel yang berkecimpung bahkan ada beberapa yang hanya mengkhususkan diri di dunia persilatan "Budget Hotel",
Hanya mereka yang memang secara tradisi, visi, dan misi hanya berkonsentrasi di level Large Scale Hotel atau High End Hotel atau Luxury Hotel saja yang tampaknya tidak terpengaruh hiruk pikuk serbuan trend "Budget Hotel" seperti misalnya Hyatt, JW Marriot, Bulgary, Four Season, Mulia Hotel, dll.  

Sebuah hotel dengan kamar yang begitu sempit (ukuran dibawah 20 M2) bahkan di beberapa brand hotel begitu sempitnya ukuran kamar sehingga posisi wastafel (bukan lagi washbasin) terpaksa ditempatkan diluar kamar mandi (bath room), hanya menyediakan kamar dengan sabun mandi memakai dispenser, menu breakfast / makan pagi dengan pilihan yang sangat sedikit, tanpa fasilitas air mineral gratis, tanpa coffee maker atau minimal kettle jug (pemanas air minum), tanpa free teh dan kopi, tanpa shoe polish (lap sepatu),  tanpa sleeper (sandal tidur), dan tanpa tanpa yang lainnya. --> seolah-olah yang terjadi justru berlomba-lomba mengurangi fasilitas untuk konsumen (katanya tamu adalah raja).
Belum lagi kalau kita bicara soal bagaimana pelayanan yang sangat minim karena jumlah karyawan yang sangat terbatas dengan ratio rata-rata 0.5 atau bahkan 0.3 (jumlah kamar 112, jumlah total karyawan 32).
Dengan semua keminiman dan keterbatasan pelayanan yang diberikan kepada tamu / konsumen tersebut, Budget Hotel dianggap dan atau disebut sebagai "Hotel Bintang Dua".

Jika kita semua umat Hotelier setuju bahwa "Budget Hotel" masih bisa dikategorikan "Hotel Berbintang", maka pertanyaan selanjutnya adalah :
"APAKAH SEMUA TEORI ILMU PERHOTELAN DI SEMUA KAMPUS AKADEMI PERHOTELAN SUDAH DIRUBAH?"
--> mohon maaf saya sengaja tidak mempertimbangkan dan menghitung sertifikasi bintang dari pemerintah ataupun PHRI (Persatuan Hotel dan Restaurant Indonesia).

Menurut saya, teori ilmu perhotelan di semua kampus akademi perhotelan tentang pengklasifikasian nilai atau standard bintang suatu hotel itu baku dan memanglah untuk menciptakan keteraturan kita harus bersandar pada aturan yang baku dan resmi.  

Saya bukan orang pintar atau ahli bidang tertentu, cuma hotelier yang kebetulan diberikan anugrah oleh Tuhan dan kedua orang tua untuk belajar tentang TEORI ilmu perhotelan, dan di kampus dulu sama sekali tidak ada teori tentang budget hotel (yang ada teori tentang Hotel Melati, Guest House / Wisma, Hostel, Motel, Condotel, dll).
# semoga bukan karena saya keseringan bolos kuliah

 <script async src="//pagead2.googlesyndication.com/pagead/js/adsbygoogle.js"></script>
<script>
  (adsbygoogle = window.adsbygoogle || []).push({
    google_ad_client: "ca-pub-4126271559580017",
    enable_page_level_ads: true
  });
</script>