Monday, August 21, 2017

BUNUH DIRI DI JEPANG



Pada masa – masa Samurai / Jalan Pedang di era ke Shogun an di Jepang antara tahun 720 M s/d 1868 M (berakhirnya era Shogun dan kembalinya kekuasaan ke kaisar Meiji dengan restorasi Meijinya), ada beberapa tradisi bunuh diri di kalangan Samurai, yaitu;
                           1.      Seppuku – Hara Kiri.
                           2.      Jigai.


Seppuku 

Seppuku adalah ritual bunuh diri dengan cara menusuk dan merobek perut sendiri yang umumnya dilakukan oleh seorang Samurai untuk mendapatkan kehormatan kembali. Hal – hal yang mengakibatkan rusaknya kehormatan seorang Samurai, diantaranya adalah;
        -   Kekalahan perang.
        -   Kegagalan melaksanakan perintah majikan (Shogun).
        -   Melakukan tindakan yang melanggar perintah majikan (Shogun).
   -   Menghindarkan diri dari penahanan dan penyiksaan oleh musuh.


Illustration from Sketches of Japanese Manners and Customs, by J. M. W. Silver, Illustrated by Native Drawings, Reproduced in Facsimile by Means of Chromolithography, London, 1867

Seppuku dilakukan dengan acara ritual dan didepan para saksi atau penonton.
Seppuku didahului dengan minum secangkir Sake, kemudian menusukkan sebuah pisau kecil yang disebut tanto atau katana (pedang samurai kecil) ke sisi perut sebelah kiri dan merobek perut ke arah kanan. Gerakan ini mengakibatkan terpotongnya descending aorta yang membuat keluarnya darah dalam jumlah banyak dan mengakibatkan kematian yang sangat cepat.
Hara Kiri adalah nama lain untuk Seppuku dengan perbedaan kecil pada tata cara pelaksanaannya.
Hara Kiri dilakukan dengan tujuan memotong perut dari kiri ke kanan dan ditambah dengan potongan dari atas ke bawah, bertujuan untuk menghasilkan rasa sakit yang luar biasa sebelum mati untuk menunjukkan kejantanan dan membuktikan bahwa pelaku bukanlah pengecut.
Perbedaan lainnya, Seppuku akan diakhiri oleh pemenggalan kepala yang dilakukan oleh Samurai yang telah ditunjuk sebelumnya.


Jigai
Jigai adalah ritual bunuh diri yang dilakukan oleh istri Samurai yang telah melakukan Seppuku dengan tujuan untuk menjaga atau mengembalikan harga diri dan kehormatan keluarga.
Jigai dilakukan dengan cara memotong arteri di leher dengan sekali gerakan menggunakan tanto atau kaiken atau katana. Tujuan utamanya adalah kematian yang cepat dan terhindar dari ditangkap dan diperkosa oleh musuh. Ditangkap dan diperkosa oleh musuh adalah penghinaan berat terhadap nama baik keluarga Samurai. Untuk itulah sebelum melakukan Jigai, istri Samurai akan mengikat kedua lututnya sehingga saat mayatnya ditemukan, dia dalam posisi terhormat.



Hal lain yang berhubungan dengan bunuh diri di Jepang, adalah Hutan Aokigahara.
Hutan Aokigahara adalah tempat bunuh diri terfavorit kedua setelah Golden Gate Bridge di San Francisco.
Sejak tahun 1950 an, banyak sekali pebisnis – pebisnis Jepang yang memasuki hutan Aokigahara dengan sedikitnya 500 orang diantaranya keluar dari hutan itu dalam kondisi tidak bernyawa. Setiap tahunnya rata – rata 70 mayat orang yang bunuh diri di hutan Aokigahara ditemukan. Banyak kasus dimana mayat tidak ditemukan sampai dengan sekarang dikarenakan lebatnya hutan Aokigahara.
Tahun 2002 tercatat 78 mayat berhasil ditemukan dan tahun 2003 berjumlah 105 mayat.
Spiritualis – spiritualis Jepang meyakini bahwa arwah para pelaku bunuh diri hutan Aokigahara menyatu dengan pohon – pohon di hutan itu.
Untuk mengurangi angka bunuh diri di hutan ini, pihak kepolisian melakukan banyak cara termasuk diantaranya memasang banyak papan – papan himbauan di dalam hutan dengan tulisan seperti; “hidupmu adalah pemberian berharga dari orang tuamu” “mohon konsultasi dengan Polisi sebelum memutuskan untuk mati”.
Berbagai usaha pemerintah dan kepolisian sama sekali tidak berhasil menurunkan angka bunuh diri di hutan Aokigahara, sehingga pada akhirnya sejak tahun 2004 pemerintah menghentikan pengumuman jumlah korban untuk mencegah semakin populernya hutan ini. 






































Sumber :

No comments:

Post a Comment