HOTEL
HOTEL menurut www.wikipedia.org berasal dari kata hostel,
konon diambil dari bahasa Perancis kuno. Bangunan publik ini sudah
disebut-sebut sejak akhir abad ke-17. Maknanya kira-kira, "tempat
penampungan buat pendatang" atau bisa juga "bangunan penyedia
pondokan dan makanan untuk umum".
Jadi, sejak awal
mulanya hotel memang diciptakan untuk melayani
masyarakat.
Di Inggris dan Amerika
pada awalnya Hotel bersifat sosial dan bukan untuk mencari keuntungan
(nonprofit oriented) yang diperuntukkan bagi orang – orang yang sedang dalam
perjalanan, sehingga pegawai hotel pun mirip pegawai negeri atau abdi masyarakat.
Tapi, seiring perkembangan zaman dan
bertambahnya pemakai jasa, layanan inap – makan ini mulai meninggalkan misi
sosialnya. Tamu pun dipungut bayaran, bahkan seiring perkembangan jaman
menjelma menjadi sebuah industri baru yang disebut juga Hospitality Industry (industry jasa).
Kata kunci
dalam pengertian arti kata Hotel adalah desain bangunan, desain
kamar, dan terutama adalah pelayanan.
Meskipun dalam industri dan bisnis lain
selain perhotelan juga terdapat unsur pelayanan, tetapi karena hanya dalam
dunia perhotelan lah pelayanan merupakan kata kunci yang paling utama, maka
akhirnya industri perhotelan lah yang menyandang sebutan Hospitality
Industry atau Industri Jasa Pelayanan. Sementara, kata Hospitality
mempunyai beberapa definisi, diantaranya;
- Menurut www.wikipedia.org Hospitality adalah: Hospitality refers to the relationship between a guest and a host, wherein the host receives the guest with goodwill, including the reception and entertainment of guests, visitors, or strangers.
>>
Hospitality merujuk kepada hubungan antara tamu dan tuan rumah, dimana tuan
rumah menerima tamu dengan niat baik
/ kehendak baik, termasuk penyambutan dan menghibur tamu, pengunjung, ataupun
orang asing.
- Menurut Louis chevalier de Jaucourt dalam Encyclopédie menggambarkan Hospitality as the virtue of a great soul that cares for the whole universe through the ties of humanity.
>>
Hospitality adalah kebajikan yang dihasilkan dari jiwa – jiwa luar biasa yang
peduli terhadap seluruh alam semesta melalui ikatan – ikatan kemanusiaan.
Hospitality atau Pelayanan di Hotel
adalah MUTLAK dan berorientasi
memberikan HANYA YANG TERBAIK, baik
untuk tamu yang menginap, tamu yang berkunjung, maupun bukan keduanya. Secara
sederhana, semua orang, siapapun, apapun kondisi orang itu, apapun
keperluannya, yang masuk melalui pintu Lobby Hotel harus mendapatkan dan
diberikan pelayanan YANG TERBAIK oleh
semua pegawai hotel yang bersangkutan, bahkan termasuk juga pelayanan yang
terbaik kepada sesama pegawai hotel.
BANK
BANK
menurut KBBI Kamus Besar Bahasa Indonesia www.kbbi.co.id adalah badan usaha di bidang keuangan yang
menarik dan mengeluarkan uang dari dan ke masyarakat.
Jenis – jenis Bank di Indonesia
menurut Undang – Undang Perbankan Nomor 10 Tahun 1998:
a) Menurut Fungsinya;
·
Bank Umum.
Yaitu Bank yang memberikan jasa dalam lalu
lintas pembayaran.
·
Bank Perkreditan
Rakyat.
Yaitu Bank yang melaksanakan kegiatan usaha
baik konvensional maupun syariah dan tidak memeberikan jasa dalam lalu lintas
pembayaran.
b) Menurut Kepemilikan;
·
Bank Milik
Pemerintah.
Akte pendirian dan modal sepenuhnya dimiliki
oleh pemerintah.
·
Bank Milik Swasta
Nasional.
Bank yang seluruh atau sebagian besar sahamnya
dimiliki oleh swasta nasional.
Contoh; BCA, Danamon, Mega.
·
Bank Milik
Koperasi.
Saham Bank ini dimiliki oleh perusahaan yang
berbadan usaha koperasi.
Contoh; Bukopin.
·
Bank Milik Asing.
Bank yang merupakan cabang dari Bank luar
negeri, dengan kepemilikan saham mayoritas oleh pihak asing.
Contoh; ABN Amro, Hongkong Bank, Bank of
Tokyo.
·
Bank Milik
Campuran.
Adalah Bank yang sahamnya dimiliki oleh pihak
asing dan swasta nasional, dengan mayoritas kepemilikan saham berada di tangan
Warga Negara Indonesia (WNI).
Contoh; Bank Finconesia, Mitsubishi Buana
Bank.
c) Menurut Status;
·
Bank Devisa.
Dapat melaksanakan transaksi ke luar negeri
atau transaksi yang berhubungan dengan mata uang asing.
·
Bank NonDevisa.
Belum mempunyai ijin untuk melaksanakan
transaksi ke luar negeri atau transaksi yang berhubungan dengan mata uang
asing.
d) Menurut Cara Menentukan Harga;
·
Bank
Konvensional.
Bank yang dioperasikan berdasarkan prinsip
perbankan konvensional (barat).
·
Bank Syariah.
Bank yang dioperasikan berdasarkan prinsip
syariah (hukum perbankan Islam).
Setelah Krisis Moneter tahun 1997 dan
di likuidasi nya 16 Bank oleh pemerintah, pihak perbankan banyak melakukan
pembenahan. Yang akan saya bahas disini adalah pembenahan dalam bidang
pelayanan kepada konsumen atau dalam istilah perbankan disebut Nasabah (dalam
dunia perhotelan disebut Tamu / Guest).
Dari Hotel lah (terutama meski bukan
satu – satunya) Bank belajar tentang pelayanan yang baik, awal tahun 2000 an
secara massif banyak gebrakan yang dilakukan oleh perbankan Indonesia dalam
mendongkrak kualitas pelayanan mereka. Upaya ini berupa training – training
intensif dari praktisi trainer bidang perhotelan, public relation, dan
marketing communication. Bahkan pada pertengahan hingga akhir tahun 2000 an
banyak Bank di Indonesia yang merekrut Hotelier (pegawai hotel) terutama mereka
yang berpengalaman sebagai Front Liner baik Reception, Reservation, Guest
Relation, maupun Guest Service.
HOTEL
diciptakan untuk melayani Masyarakat / Orang / Manusia.
BANK diciptakan
untuk menarik dan mengeluarkan uang dari dan ke masyarakat.
Dan sampailah kita di era tahun 2010
an, saat Perbankan sudah 13 tahun bangkit dari krisis perbankan dan mulai
berinovasi dalam pelayanan sementara Perhotelan mulai masuk ke dalam pusaran
krisis PELAYANAN.
Saya, sebagai seorang Hotelier
menganggap kualitas pelayanan Hotel setelah tahun 2010 mengalami KRISIS. Kita
Hotelier Indonesia secara mayoritas dipaksa oleh keadaan untuk tidak lagi bisa
menomor satukan PELAYANAN yang seharusnya adalah sesuatu yang paling penting
yang harus kita utamakan. Ada beberapa Brand Hotel dimana kita Hotelier masih
bisa menegakkan idealisme kita untuk menomorsatukan PELAYANAN, tetapi jumlahnya
semakin sedikit dan semakin minoritas dibandingkan keseluruhan jumlah hotel
yang ada. Hotel dengan kualifikasi bintang 4 dan 5 masih bisa lebih mudah
menjaga kualitas PELAYANAN mereka, karena poin PELAYANAN merupakan unsur utama
dan mempunyai nilai tinggi dalam proses Sertifikasi
Bintang, hal ini tidak terjadi pada hotel bintang 3, 2, dan bintang 1 yang
dalam proses Sertifikasi Bintang lebih mengutamakan unsur product. Di kota atau daerah anda, secara umum perbandingan jumlah
hotel berbintang 4 dan 5 hampir bisa dipastikan sangat sedikit dibandingkan
hotel bintang 1, 2, dan 3. Dari 20 hotel kira – kira hanya terdapat 2 hotel
bintang 4 dan 5, dengan 18 sisanya adalah hotel bintang 1, 2, dan 3.
Siapa sih yang berperan paling penting dalam
kualitas PELAYANAN sebuah hotel?
Jawabannya bukan General Manager, Sales
Manager, ataupun Manager – Manager yang lain, melainkan mereka yang berada di
posisi Ranking File / Staff Pelaksana. Staff Pelaksana lah yang secara langsung
berhubungan face to face dengan tamu / customer dalam melayani kebutuhan harian
tamu selama mereka tinggal dan atau berkunjung ke hotel.
Mari kita bandingkan kualitas PELAYANAN staff
pelaksana antara Hotel dan Bank (sebaiknya anda juga melakukan uji coba dan
observasi langsung di kota anda):
1. Security.
Security pada
Bank dan Hotel di Indonesia setelah tahun 2000 an mayoritas mempunyai persamaan
bahwa mereka berasal dari perusahaan Outsourcing / Alih Daya, tetapi coba anda
bandingkan kualitas pelayanan keduanya,,, akan terasa perbedaan kualitas yang
sangat jauh.
Security Bank
pada mayoritas Bank tidak hanya bertugas menjaga keamanan perusahaan dan
customer, tetapi benar – benar bekerja dan berfungsi sebagai “orang pertama”
yang melayani customer / nasabah. Mereka mengetahui dan menguasai “Product
Knowledge” dengan sangat baik, sehingga mereka mengetahui semua solusi atas
apapun kebutuhan dan keinginan customer. Customer harus bagaimana? Customer
harus kemana? Bahkan apa yang bisa mereka lakukan untuk memudahkan customer,
bisa mereka selesaikan dengan baik.
Security Hotel
pada mayoritas Hotel, sejak tahun 2010 an sejauh pengalaman saya HANYA bertugas
menjaga keamanan Hotel, Tamu, dan Karyawan.
Untuk beberapa
gelintir hotel yang mempunyai 2 team security (insource dan sekaligus
outsource) bahkan security dibagi menjadi 2 area yang berbeda dan bekerja
sebagai 2 team yang berbeda kecuali dalam keadaan darurat. Security insource
bertugas di “dalam” area hotel sampai dengan guest area dan back of the house
area, sementara security outsource bertugas di area luar guest area, bahkan di
area “luar” building hotel.
Coba anda tanya
security hotel (hotel bintang 5 sekalipun) mengenai; jam buka restaurant, menu
favorit / best-selling, atau harga kamar (room rate), saya yakin kemungkinan 85
% anda akan mendapatkan jawaban yang tidak
memuaskan.
Lebih miris lagi
saat kita coba observasi security hotel bintang 3, 2, dan bintang 1, mayoritas
mereka “hanya” berperan mengecek kendaraan dan mengatur parkir kendaraan tamu.
2. Customer Service Officer (Bank) – Guest
Relation Officer (Hotel).
Hotel bintang 1,
2, dan 3 hampir bisa dipastikan tidak (lagi) dilengkapi dengan posisi Guest
Relation Officer. Posisi Guest Relation Officer hanya disediakan oleh hotel
bintang 4 dan bintang 5. Untuk hotel bintang 4, posisi Guest Relation Officer
pada sebagian besar hotel diberikan kepada staff dengan status “Daily Worker”
atau casual atau dengan bahasa gamblang “staff dengan gaji harian”, bahkan
seringkali perpaduan antara staff Daily Worker dengan Trainee (siswa On the Job
Training / magang / praktek kerja industri). Soal kemampuan dan pengalaman
mereka? Silahkan anda bandingkan antara CSO Bank dengan GRO Hotel, akan anda
dapatkan kualitas yang sangat jauh. Ingat, kondisi ini terjadi di atas tahun
2010.
Ada sebuah
pengalaman menarik saat bulan lalu (September 2017), saya masuk ke sebuah Bank
Swasta Nasional, bank ini bukanlah bank langganan “juara” Bank Dengan Pelayanan
Terbaik yang rutin diadakan oleh kalangan perbankan Indonesia setiap tahun.
Bank ini setahu saya justru dulunya adalah salah satu langganan predikat bank
dengan pelayanan terburuk. Setelah lebih dari 6 tahun saya tidak pernah lagi
mempunyai rekening di bank ini, tahun 2017 saya kembali mempunyai rekening dan
karena suatu keperluan mengharuskan saya berurusan dengan Customer Service
Officer, waktu itu antrian lumayan panjang, setelah lebih dari 30 menit
menunggu tiba – tiba seorang CSO (dari seragam yang berbeda dibandingkan semua
CSO yang lain, perkiraan saya dia adalah CSO senior tetapi bukan supervisor
ataupun manager) menghampiri saya, menanyakan keperluan saya, dan meng-handle tahap awal penyelesaian
keperluan saya di tempat saya menunggu, perkiraan saya untuk meminimalisir
waktu menunggu nasabah, dalam Standard Operation Procedure mereka menerapkan
batasan waktu tertentu untuk langsung memotong antrian di tengah secara
personal (dan lebih salut lagi adalah karena mereka tidak membeda – bedakan
nasabah). Sementara saya sebagai nasabah sebetulnya sudah memaklumi apabila berurusan dengan CSO mesti
menunggu dalam waktu lumayan lama karena umumnya masing – masing nasabah akan
membutuhkan waktu lebih dari 15 menit dalam penyelesaian keperluan mereka.
Silahkan lakukan
percobaan secara langsung dan coba anda bandingkan pengalaman seperti yang saya
alami diatas dengan Hotel; dengan jumlah antrian yang sama banyaknya, waktu
menunggu dalam pelayanan CSO bank 30
menit saya anggap = 10 menit waktu menunggu proses Check In di reception hotel. Kenapa jumlah menit di CSO bank
lebih panjang? Karena proses yang harus dilakukan dalam detail pelayanan di CSO
memang panjang, apabila posisi Teller bank yang dibandingkan dengan Reception
hotel maka akan membutuhkan waktu yang lebih pendek (meskipun tergantung pada
besaran nominal transaksi). Saat menunggu
sebelum proses Check In di hotel coba anda hitung berapa menit waktu anda sampai ada petugas hotel yang menghampiri
dan melayani anda di tempat? Dan apa jabatan
petugas tersebut?
Untuk berapa
menit? Jawaban akan sangat relative dan “untung – untungan” >> apabila
saat anda menunggu “kebetulan” ada Duty Manager yang “sedang Stand By” di
Lobby, maka bisa jadi si Duty Manager itu akan melayani anda dan atau membuat
staff nya melayani anda. Ingat, jabatan petugas ini adalah Duty Manager dan
tugas dia bukanlah hanya sebagai seorang Guest Relation Officer (GRO) saja.
Pada situasi
menunggu yang sama, di hotel bintang 5 anda akan dilayani oleh GRO “tulen” yang
memang hanya bertugas dalam hal Guest Relationship, dengan jabatan staff dan
supervisor. Di hotel bintang 4 anda akan dilayani oleh GRO dengan status Daily
Worker dan atau Trainee. Pada hotel bintang 3, 2, dan 1 saya pastikan anda
tidak akan dilayani oleh GRO, jadi yang melayani anda (apabila ada) pada saat
menunggu adalah orang yang tidak hanya
bertugas untuk melayani “situasi” anda, artinya mereka mempunyai banyak “jenis”
pekerjaan lain yang harus juga diselesaikan. Berapa perbandingan jumlah hotel
bintang 5 – 4 dan hotel bintang 3 – 1 di kota anda?
3. Teller (Bank) – Reception (Hotel).
Secara umum
Reception Hotel masih sedikit lebih unggul dalam hal Multi Skill dan product
knowledge, karena Reception Hotel apalagi untuk strata bintang yang lebih
kecil dituntut untuk multi fungsi; sebagai reception, reservation, cashier,
GRO, bahkan merangkap Concierge. Sedangkan, Teller Bank lebih spesifik hanya
bertugas melayani transaksi nasabah. Hotel bintang 4 dan bintang 5, tugas
sebagai “pusat informasi dan layanan” kepada tamu bisa dengan mudah diambil
alih oleh Guest Relation Officer, tetapi pada hotel bintang 1 – 3 tugas ini
akan cenderung menjadi tanggung jawab Reception. “kualitas?” tentu saja akan
sangat tergantung dari kemampuan masing – masing individu Reception dalam hal
membagi “konsentrasi”.
Tugas dan
pekerjaan di hotel bintang 4 dan 5 yang dilakukan oleh; Security, GRO, Bell
Boy, Doorman, dan Reception, di hotel bintang 1 – 3 hanya dilakukan oleh
Reception saja. Jadi, masuk akal apabila secara kualitas pelayanan maka kualitas tertinggi dimiliki oleh Reception
hotel bintang 4 – 5 kemudian Teller Bank dan Reception hotel bintang 1 – 3 di
peringkat paling bawah. Semua ini hanya dikarenakan oleh konsentrasi dan load /
beban pekerjaan.
4. Houseman (Bank) – Public Area Attendant
(Hotel).
Houseman pada
Bank dan Public Area Attendant pada Hotel terutama hotel bintang 1 – 4
mempunyai persamaan didominasi oleh perusahaan outsourcing, tetapi coba anda
observasi di kantor bank kecil seperti kantor unit atau kantor kas, Houseman di
kantor – kantor unit kecil bank ini pada umumnya bertugas ganda juga sebagai
reliefer / pengganti security saat petugas security sedang tidak berada di
tempat, dengan kemampuan yang relative sama dengan security dalam hal melayani
nasabah yang datang.
Public Area Attendant Hotel (bintang 1
– 5) akan minim sekali berinteraksi dengan tamu atau dengan kata lain; tamu
hotel akan jarang sekali berhubungan dengan PA Attendant, dan hal ini
sebetulnya dikarenakan tuntutan “mobilitas” yang sangat tinggi dari PA
Attendant. Kenapa mobilitas PA Attendant sangat tinggi? Karena pressure jumlah
staff dibandingkan luas area kerja yang sangat ketat >> hotel dengan 158
kamar, 8 lantai, 2 unit building, 1 kolam renang, 10 meeting room termasuk 1
ballroom kapasitas 350 orang “hanya” mempunyai 7 orang Public Area attendant
yang terbagi ke dalam 3 shift.
Kenapa pertanyaan “siapa yang lebih Hospitality
hotel atau bank?” terasa
menggelitik?
Kenapa kualitas Hospitality hotel semakin menurun?
Jawaban dari pertanyaan di atas akan
beragam;
·
Dari sudut
pandang Finance mungkin akan muncul jawaban; karena sekarang semua orang “bisa
punya hotel”. Dahulu untuk memiliki unit hotel seseorang / perusahaan harus
mempunyai modal paling tidak 55 – 65 Milyar, sekarang cukup dengan 20 – 25
Milyar sudah bisa mempunyai hotel yang tentu saja berimbas kepada target ROI
(return of investment / balik modal) pendek dikarenakan kemampuan capital /
modal owner yang memang tidak cukup kuat. Tidak cukup kuatnya kemampuan capital
owner ini, secara reflek akan berimbas kepada operasional hotel untuk beradaptasi
melakukan pengetatan – pengetatan budget dengan efek samping mengorbankan sisi
“kualitas pelayanan”.
·
Dari sudut
pandang Sales & Marketing mungkin akan muncul jawaban;
-
Buat apa kualitas
bagus kalau tidak bisa menjualnya. Jualan dulu, kualitas belakangan.
·
Dari sudut pandang
Hotelier Idealis;
Apakah anda berpendapat bahwa tamu loyal
sangat penting dalam pekerjaan anda dan sangat penting untuk bisnis jangka
panjang hotel tempat anda bekerja?
Apakah anda merasa malu saat melihat pelayanan
di bank yang terasa sangat “hospitality”?
Apakah anda menganggap “sekedar asal jualan”
itu mudah, tetapi bagaimana membuat tamu kembali lagi dan kembali lagi lebih
menantang?
Apakah anda berprinsip bahwa karyawan yang
bahagia adalah kunci paling penting dalam Hospitality karena karyawan bahagia
akan memberikan pelayanan yang sempurna dan pelayanan yang sempurna akan
memuaskan tamu dan tamu yang puas akan selalu kembali lagi ke hotel tempat anda
bekerja?
Apakah anda tiba – tiba merasa senyum anda
berubah terasa kecut saat melihat kenyataan first impression tamu saat
berkunjung ke hotel anda, dia hanya dilayani oleh seorang casual / daily worker
sementara anda berharap casual / daily worker itu memberikan pelayanan yang
“terbaik”?
Apakah anda merasa teori perhotelan yang anda
pelajari bertahun – tahun terjungkir balik saat di Budget Hotel (yang sangat
menjamur dan bersertifikasi bintang?), tamu hotel seolah – olah laksana Jailangkung
datang tak dijemput pulang tak diantar?
Apabila jawaban anda adalah “YA” maka anda
adalah seorang Hotelier Idealis.
Mari coba kita sembunyikan dibalik
laci meja kerja, semua detail tekanan mengenai Budgeting, target ROI yang
terlalu mepet, House Bank yang terlalu minim, kompetisi dengan hotel lain yang
ketat, dll tetapi mari kembali ke masa – masa sekolah atau kuliah perhotelan
dan ingatlah kembali makna kata “Hospitality”.
Masih layakkah dunia perhotelan
disebut “Hospitality Industry?”
Atau lebih cocok disebut “Hotel Industry?”
Atau jangan – jangan lebih cocok
disebut “Industry” saja?
lengkap sekali kak info infonya makasih
ReplyDeleteban sm